ARSITEKTUR GEREJA ST YUSUF

 

Semangat pagi dulur2 semua.....

Bicara tentang bangunan peninggalan Belanda di Semarang, tentu sedulur sedulur sudah kenal ya yang namanya Lawang Sewu. Lawang Sewu jadi satu di antara bangunan peninggalan Belanda paling terkenal di Indonesia.

Namun dulur dulur tahu tidak ?, selain Lawang Sewu, masih terdapat banyak bangunan peninggalan Belanda di kota Lumpia atau yang kita kenal dengan kota Semarang, yang tentunya masih menghadirkan nuansa bangunan khas Eropa.

 

Kali ini kita akan mengulas mengenai Arsitektur bangunan Gereja St. Yusuf, Komplek Gereja St. Jusuf dibangun antara tahun 1870 – 1875, bangunannya terdiri atas bangunan-bangunan Gereja, Pastoran dan gedung pertemuan.

Sedulur sedulur pasti ada yang belum tahu , kalau gereja ini merupakan gereja Katolik pertama di Semarang,..tull gak ??...,Bangunannya sendiri terletak disisi Timur Jl. Ronggowarsito, sehingga penampakan bangunannya menghadap ke Barat. 

Bangunan Gereja terletak di bagian paling Selatan dari tapak dan membujur dari Barat sampai ke Timur. Ciri yang mencolok dari bangunan ini (dan sekitarnya) ialah bangunan bahan bata klinker . Bagian Tengah bangunan menjulang tinggi dengan jendela yang membentuk busur yang meruncing ke arah puncak dan ruang altaran yang terletak di sebelah Timur dengan jendela kaca berbingkai timah berwarna-warni merupakan ciri gothik yang nyata. Pondasi dari batu dan memikul struktur dinding dengan perkuatan kolom pada tempat tertentu. Sebagian dinding diplester dan di cat, sedangkan sebagian yang lain menonjolkan susunan bata. Bagian kaki dinding dilapisi dengan lempeng batu berwarna abu-abu. Setiap kolom bangunan dipertegas dengan pembedahan bata.



Bentuk atap adalah pelana dan ditutup dengan sirap. Pada bagian pintu masuk dibuat semacam menara dengan jendela kecil-kecil. Selain itu juga terdapat parapet. Pintu masuk yang mempunyai ambang atas yang dasar, dibingkai oleh busur dengan ujung meruncing ke atas. Di atas pintu terdapat bovenlicht. Hal seperti ini terulang pada jendela-jendela samping, namun dengan ornamentasi yang lebih sederhana. Ruang pengakuan dosa, seperti pada gereja yang berasal dari abad yang lalu, dibuat menonjol, berbentuk segi banyak. Bangunan pastoran,merupakan bangunan setangkup dengan fasade tunggal, bertingkat, membujur dari Timur ke Barat pula . Bangunan ini dikelilingi serambi dengan atap sosoran yang ditutup genteng. Atap bangunan adalah pelana dengan listpank kayu berornamen. Pintu-pintu memiliki ambang melengkung, seperti halnya bangunan Renaissance. Demikian pula halnya dengan jendela.

Sejarah Gereja Katolik di Semarang berawal di sebuah rumah penduduk pada tanggal 1 Agustus 1808, setelah Semarang dinyatakan sebagai stasi kedua di Nusantara. Selanjutnya dipilihlah Santo Yusuf sebagai pelindung cikal bakal gereja tersebut. Tahun berlalu, tetapi tidak ada kemajuan yang berarti. Selain tidak mempunyai seorang imam pun, stassi Semarang tak kunjung memiliki gedung dan pernah dalam satu kurun waktu memakai Gereja Immanual secara bergantian dengan umat Protestan. Menjelang tahun 1870 barulah diperoleh sebidang tanah di Gedangan yang disebut demikian karena pada masa sebelumnya tanah tersebut ditumbuhi pohon pisang. Pada tanggal 1 Oktober 1870diselenggarakan upacara perletakan batu pertama bagi Gereja Saanto Yusuf . Lima tahun kemudian, yaitu pada tanggal 12 Desember 1875 gedung yang diarsiteki oleh W. I.Van Bakel tersebut siap dan diberkati oleh Mgr.Lijen. Inilah Gereja Katolik pertama di Semarang. Pada tahun 1976 diadakan pemugaran besar-besaran atas gedung ini. pastoran Gedangan didirikan hampir bersamaan dengan gedung Gerejanya karena kemudian stasi tersebut mempunyai imam
 
Kalau berwisata ke semarang , jangan lupa mampir ke tempat ini, terutama bagi peminat wisata religi.....cuzzz

FOR SALE : WA : 081329651835 







Comments

Popular posts from this blog

5 Cara Hemat Ini Untuk Membangun Rumah Idaman !!!

Mencicipi Kesegaran dan Kelezatan " TITENI DAPURKYU "..... Kuliner semarangan